Sabtu, 06 Mei 2017

LITERASI KEUANGAN DI INDONESIA





Ada tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan pemanfaatan sektor keuangan oleh masyarakat. Tiga masalah penting yang dimaksud adalah inklusi keuangan, literasi keuangan, dan financial deepending. Inklusi keuangan yang dimaksud adalah rasio penduduk yang menggunakan fasilitas perbankan atau layanan keuangan lainnya masih rendah. Masalah kedua yaitu angka literasi keuangan, dimana masyarakat yang melek di bidang perbankan masih rendah. Masalah ketiga adalah financial depending yang merupakan perilaku dari pelaku perbankan maupun non bank yang agak enggan untuk membuat rincian jenis-jenis portofolio perbankan.

Literasi keuangan (financial literacy) atau lebih mudah dikenal dengan melek keuangan, adalah keadaan dimana seseorang mampu mengelola keuangannya dengan baik sehingga dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya, cerdas secara finansial itu sendiri adalah suatu keuntungan. Dengan memiliki kecerdasan finansial, seseorang akan mampu membuat keputusan yang tepat khususnya dalam segi keuangan, yang nantinya dapat diimplikasikan pada kehidupan sehari – harinya.

Minimnya literasi keuangan sering kali menjadi kendala kemajuan perekonomian, khususnya di Indonesia yang masih dalam tahap perkembangan. Berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada, di Indonesia pembekalan untuk mendapatkan literasi keuangan dinilai masih sangat minim. Kalau di negara maju masyarakatnya sudah dibekali ilmu-ilmu keuangan secara cukup mendalam sejak mereka masih di Sekolah Menengah Atas (SMA), di sini rata-rata masyarakat baru mendapatkan pembekalan seperti itu ketika mereka duduk di bangku kuliah, itu pun tidak semua jurusan memberikannnya. Belum lagi ditambah dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak menempuh pendidikan tinggi karena berbagai faktor.

Indonesia memiliki lembaga keuangan yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang sedang mengembangkan program inklusi dan literasi keuangan dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Program inklusi dan literasi keuangan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena mengenalkan adanya akses permodalan yang baik. Dengan akses permodalan yang baik akan membuat kegiatan perekonomian menjadi lebih hidup dan juga menurunkan tingkat kesenjangan di masyarakat. Hasil survei indeks literasi keuangan di tahun 2013 berada di level 21,8%, sementara di 2016 terjadi perbaikan menjadi 29,6% untuk literasi keuangan. Kenaikan terjadi baik secara gender, tingkat pendapatan, pendidikan, pengetahuan industri keuangan, hingga perbedaan konvensional dan syariah. Namun tingkat literasi keuangan perempuan masih di bawah literasi keuangan laki – laki.

Sebagai mahasiswa, kita juga berperan dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Mahasiswa bisa sebagai agen edukasi untuk lebih menyebar luaskan tentang literasi keuangan ke masyarakat daerah yang masih tertinggal dan minim dengan pengetahuan atau informasi keuangan. Ini dapat dilakukan ketika mahasiswa melakukan KKN ataupun kuliah umum rutin yang dapat dilakukan ke daerah pelosok. Hal ini akan membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia agar laju pertumbuhan modal dan investasi dapat ditingkatkan.

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar