Ada tiga hal yang perlu mendapatkan
perhatian terkait dengan pemanfaatan sektor keuangan oleh masyarakat. Tiga
masalah penting yang dimaksud adalah inklusi keuangan, literasi keuangan,
dan financial deepending. Inklusi keuangan yang dimaksud adalah
rasio penduduk yang menggunakan fasilitas perbankan atau layanan keuangan
lainnya masih rendah. Masalah kedua yaitu angka literasi keuangan, dimana
masyarakat yang melek di bidang perbankan masih rendah. Masalah ketiga adalah financial depending
yang merupakan perilaku dari pelaku perbankan maupun non bank yang agak enggan
untuk membuat rincian jenis-jenis portofolio perbankan.
Literasi keuangan (financial literacy)
atau lebih mudah dikenal dengan melek keuangan, adalah keadaan dimana seseorang
mampu mengelola keuangannya dengan baik sehingga dapat memberikan nilai tambah
secara ekonomis bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya, cerdas secara finansial itu
sendiri adalah suatu keuntungan. Dengan memiliki kecerdasan finansial,
seseorang akan mampu membuat keputusan yang tepat khususnya dalam segi
keuangan, yang nantinya dapat diimplikasikan pada kehidupan sehari – harinya.
Minimnya literasi keuangan sering
kali menjadi kendala kemajuan perekonomian, khususnya di Indonesia yang masih
dalam tahap perkembangan. Berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika
Serikat (AS), Australia, dan Kanada, di Indonesia pembekalan untuk mendapatkan
literasi keuangan dinilai masih sangat minim. Kalau di negara maju
masyarakatnya sudah dibekali ilmu-ilmu keuangan secara cukup mendalam sejak
mereka masih di Sekolah Menengah Atas (SMA), di sini rata-rata masyarakat baru
mendapatkan pembekalan seperti itu ketika mereka duduk di bangku kuliah, itu
pun tidak semua jurusan memberikannnya. Belum lagi ditambah dengan banyaknya
masyarakat Indonesia yang tidak menempuh pendidikan tinggi karena berbagai
faktor.
Indonesia memiliki lembaga keuangan
yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang sedang mengembangkan program inklusi dan
literasi keuangan dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Program
inklusi dan literasi keuangan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat karena mengenalkan adanya akses permodalan yang baik. Dengan akses
permodalan yang baik akan membuat kegiatan perekonomian menjadi lebih hidup dan
juga menurunkan tingkat kesenjangan di masyarakat. Hasil survei indeks literasi
keuangan di tahun 2013 berada di level 21,8%, sementara di 2016 terjadi
perbaikan menjadi 29,6% untuk literasi keuangan. Kenaikan terjadi baik secara
gender, tingkat pendapatan, pendidikan, pengetahuan industri keuangan, hingga
perbedaan konvensional dan syariah. Namun tingkat literasi keuangan perempuan
masih di bawah literasi keuangan laki – laki.
Sebagai mahasiswa, kita juga
berperan dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
Mahasiswa bisa sebagai agen edukasi untuk lebih menyebar luaskan tentang
literasi keuangan ke masyarakat daerah yang masih tertinggal dan minim dengan
pengetahuan atau informasi keuangan. Ini dapat dilakukan ketika mahasiswa
melakukan KKN ataupun kuliah umum rutin yang dapat dilakukan ke daerah pelosok.
Hal ini akan membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi
keuangan di Indonesia agar laju pertumbuhan modal dan investasi dapat
ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar