Sumber : www.jogjainvest.jogjaprov.go.id
Terdapat dua pilihan alternatif
dalam menunjang kegiatan produksi yaitu Padat Modal (Capital Intensive) dan
Padat Karya (Labor Intensive). Teknik Padat Modal (TPM) mengandalkan kemampuan
barang-barang modal (mesin-mesin). Sedangkan Teknik Padat Karya (TPK) lebih
mengandalkan tenaga manusia sebagai faktor produksi. Pilihan terhadap TPM
biasanya didasarkan atas keinginan untuk mencapai tingkat produksi yang optimum
namundengan biaya produksi serendah mungkin. Dengan begitu harga jual menjadi lebih
murah. Tetapi terdapat kendala dari pemilihan TPM, yaitu investasi dan modal
awal yang amat tinggi. Sekalipun TPM menjanjikan banyak keuntungan, pilihan
terhadap teknologi ini mendapat banyak tentangan khusunya di negara sedang berkembang
seperti Indonesia. TPM lebih cocok diterapkan
di negara maju, dimana upah buruh disana sangat mahal. Sehingga alternative
yang dapat dilakukan ialah mengganti tenaga kerja dengan teknologi mesin.
Sedangkan di negara sedang berkembang (NSB) upah buruh amat murah, misalnya
saja di Indonesia. Oleh karena itu, masih memungkinkan untuk menggunakan lebih
banyak tenaga kerja daripada menggunakan mesin. Sehingga Indonesia sebagai
salah satu negara sedang berkembang lebih tepat menggunakan pendekatan Padat
Karya untuk proses produksi. Selain upah buruh, alasan lain yang adalah penyerapan
tenaga kerja. Dengan TPK berarti proses produksi akan membuka lapangan
pekerjaan yang banyak. Bila tenaga kerja banyak terserap, maka daya beli
meningkat sehingga permintaan pasar bertambah. Dengan begitu laju perekonomian
akan semakin baik.
Pasalnya di negara berkembang
ketersediaan tenaga kerja manusia lebih banyak dibanding modal. Mempekerjakan
banyak tenaga kerja akan lebih menghemat biaya operasional dibanding dengan
menggunakan banyak mesin besar. Sementara di negara maju lebih cocok diterapkan
teknik produksi padat modal. Hal ini karena di negara maju lebih banyak
tersedia modal dibanding tenaga kerja. Selain itu, tenaga kerja di negara maju
biasanya menginginkan upah atau gaji yang relatif lebih mahal.
Namun cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan
mengembangkan keduanya secara bersamaan. Industri padat modal cenderung lebih
sulit untuk dikembangkan, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum bisa dirasakan
hasilnya. Selama tahun-tahun itu (sebelum industri padat modal berbuah),
industri padat karya seharusnya bisa digunakan untuk mensupport kegiatan perekonomian.
Jika industri padat modal telah tumbuh, teknologi yang dihasilkan dari industri
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan level produksi industri padat
karya. Secara implisit, TPK maupun TPM berfondasikan kualitas Sumber Daya
Manusia yang tinggi. Kualitas tersebut mencakup kualitas fisik (kesehatan dan
gizi), non fisik (pendidikan dan ketrampilan), moral dan etika. Dengan kualitas
SDM yang tinggi, baik padat modal maupun padat karya akan dapat memberikan
keuntungan bagi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar